Dulu
menelusuri jejak cinta padamu pertiwi
apakah cinta mesti menuangkan darahku dalam perang?
aku hanya punya perang melawan diri
sejak dini
walau hanya bertahan tak menyontek waktu ujian kala remaja
biarlah nilaiku jeblok
tapi aku tak goblok, bunda
kubaca jejakku pada cinta
dimana cinta diuji?
ketika kau mampu menolak amplop tebal dihadapanmu
mencoba membeli kejujuran
padahal kebutuhanmu menderu-deru
kapan kesetiaan terbukti?
ketika nafsu memburu-buru
ingin memiliki yang bukan milikmu
kau memilih siksa
ketika perawan rela menukar cinta demi sekedar bedak lipstik
menjual cinta pada bandot tua demi materi
kau memilih menderita
kubaca lagi jejak dimana cinta pernah tertoreh
di Aceh, di Aceh!
kutahankan cinta di tengah ledakan bom, hujan peluru menderu-deru
ketakutan, darah dan trauma,
takkan kutinggalkan bunda pertiwi
mendesah di tiap doa, janganlah negeriku terpecah-pecah
damai-damailah, jangan hanya dalam mimpi
sampai aku lelah
kehilangan kata. doa terhenti
dalam hening mengeja cintaNya
lalu ombak yang menghempas, mencipta neraka di hadapanku
terpana membaca kehendakNya
kucoba lagi menghayati cinta
tetap kucinta kau
sebab kurasakan tangismu bunda
perih, perih menyayat hati
dikhianati anak-anak sendiri
kekasih jiwa