Hari ini catatan cinta kueja tadi malam, bunda
ketika terdampar pada resah
tanahku seolah jerit bumi berteriak
minta tolong pada penghuninya
yang tak peduli
tetap tergesa-gesa
kesana kemari memperkosa dirimu yang semakin tua
meratakan hutan jadi tanah kering
menuangkan banjir
menyisakan kerontang bergantian
asap kebakaran racun timbal tak cukup mencemari
bertambah intensitas hari ke hari
mereka menodai lautmu, sungaimu dengan racun kimia
membotaki gunung-gunung
melobangi tubuhmu seperti bopeng-bopeng bulan
mengerikan!
(sungguh aku tak ingin jadi mereka!)
mereka
memperebutkan apa saja dengan loba
tamak menginjak-injak yang kalah
si miskin, si melarat,
sengsara
mengais-ngais sisa remah
disudut-sudut kota yang sesak
berhimpitan berbagi ruang sempit
di desa petani-petani kehilangan sawah
menangis kalah
ada anak yang mati kelaparan, kata media
“hanya sebuah kabar, tak perlulah dibesar-besarkan,”
kata orang itu, entah siapa
datang dalam mimpiku menjijikkan
melubangi lumbung pertiwi tercabik-cabik menyeramkan
aku terpelanting
pada realita
pening
kuheningkan hati mencari jawab
belum bisa banyak berbuat
masih terbatas mencoba
berbagi yang tak berlimpah,
dan harapan, Tuhan pasti cukupkan untuk mereka
tak sanggup kusaksikan bening mata bocah menangis
berkaca-kaca menahan lapar.