Surat Dari Pinggiran (Puisi)

Hasil gambar untuk anak miskin


Karya : Rozel

Diam tak dimengerti

Teriak tak didengar

Hanya merintih dalam tangis

Sampai air mata tak tersisa



Menguuntungkannya perusahan

Pentingnya kekuasaan

Harusnya pembangunan

Suara kami kalah karenanya



berteriak mempertahankan tanah bangsa

kalian sebut separatis

Menangis membela hidup

Kau sebut pengacau negara

Sedang, mempertahankan tumpah darah

Engkau jadikan musuh negara



Tanah Sakral, Adat, dan kekayaan kami

dirampas penguasa kapitalis dan penguasa bersenjata

Kami terpental, terhimpit dan merana



Kami terbuang

Kami menjadi pengemis

Kami menjadi budak

Di tanah moyang kami



Inikah takdir hidup kami

Menjadi tamu

Dalam rumah kami sendiri



Karena kami

hanya kaum yang terbuang


Negeri Telenovela (Puisi)

Negeri Telenovela (Puisi)

Hasil gambar untuk sandiwara politik

Karya : Rozel

Rakyat hanya penonton

Pentas cerita  negeri ku

Rangkaian Sandiwara dalam kenyataan

Penguasa negeri sang pelaku


Pun akulah rakyat

Para penikmat sandiwara

Sandiwara nan manis begitu lembut

Sampai tak tersadar adanya


Negeri ku tanah surga

Surga bagi para lakon

Surga ku hancur karnanya

Nestapalah penonton


Menyaksikan selaksa kisah

Menjadi Kisah-kisah bualan

Menyebarkan virus bodoh

Mereka semakin nyaman


Layaknya panah tanpa mata

Tak tentu jatuhnya

Lalu negeriku sengsara



Tentu dengan sandiwaranya 
Untuk Siapa (Puisi)

Untuk Siapa (Puisi)

untuk siapa


Karya : Rozel
Garuda ku bersedih
Terkapar dalam sendu
Air mata berdarah
Tak ada yang menyapu

Pertiwi pun bersedih tanpa henti
Rintihan ini dan do`a  dia sertai
Untuk siapa lagi
Hanya negeri ini

Boneka – boneka  berdalang
Menjadi lakon
Berlomba – lomba menang
Untuk golongan

Tak sampai hati pun
Harta negeri ini
Hanya Jadi simpanan
Yang tak ternikmati

Rakyat tak Menikmati
Entah rakyat mana
kekayaan negeri
Lalu untuk siapa

Puisi Terakhir Sang Gie

Puisi Terakhir Sang Gie

Hasil gambar untuk soe hok gieSEBUAH TANYA_ SOE HOK GIE
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah..
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza..

Tapi aku ingin menghabiskan waktu ku di sisi mu, sayangku...

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu..
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandala Wangi..

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau..
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biapra..

Tapi aku ingin mati di sisi mu, Manis ku...

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya..
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu..

Mari sini sayang ku...

Kalian yang pernah mesra,
Yang pernah baik dan simpati pada ku..
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung...

Kita tak pernah menanamkan apa-apa..
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa..

(Catatan 11 November 1969) [hal. 433-434]
Catatan Seorang Demonstran - Soe Hok Gie
Soe Hok Gie sangat senang menulis, baik itu tulisan tajam dalam mengkritik pemerintah maupun karya sastra seperti puisi. Puisi-puisinya sangat menggambarkan realitas zaman itu yang penuh dengan permainan politik. Gie merefleksikan segala bentuk dinamika kehidupan dalam puisinya. Terdapat sisi refleksi dalam puisi-puisi Gie yang dapat menggugah hati setiap pembacanya.
Di sisi lain, sebagai manusia biasa, Gie juga dihadapkan pada situasi yang dinamakan cinta akan beda jenis. Di sinilah puisi “Sebuah Tanya” menggambarkan apa yang telah dialami oleh Gie, khususnya tentang sikap dan perasaannya terhadap perempuan. Inilah bagian yang menarik, satu puisi cinta di tengah berbagai puisi tentang nasionalisme.

Kehidupan cinta Gie tidaklah berjalan dengan mulus. Sikap Gie cenderung menilai bahwa cinta yang berujung pada perkawinan itu tidaklah suci. Baginya tidak ada cinta sejati karena yang ada hanyalah nafsu. Namun di luar pandangannya itu, seorang Soe Hok Gie pun dapat terombang-ambing oleh cinta itu sendiri.
Kisah percintaan Gie dapat dikatakan tragis juga. Ketika dia mengejar apa yang disebut cinta, semuanya menolak. Dalam buku hariannya setidaknya ada tiga perempuan (salah satunya adalah Maria) yang disebut-sebut memiliki hubungan khusus dengannya, namun semua berujung pada penolakan, bukan dari pihak perempuannya sendiri maupun dari pihak keluarga perempuan tersebut.