Melihat
dari semua peristiwa yang sudah banyak terjadi, sangatlah penting untuk kita
mendiskusikan dan dipikirkan apa arti cinta itu? dikalangan gerakan kiri
diskusi tentang cinta (menurut pemikiran mereka tentunya) adalah hal yang tabu.
Karena dalam pandangan mereka cinta adalah konsep yang melemahkan, sebagaimana
mahasiswa yang sibuk akan cinta sehingga melupakan pergerakan, belajar, dan
diskusi tentang negri ini. Tetapi Karl Marx sendiri bukanlah orang yang malu
berbicara tentang cinta (dengan Cinta Kapital). “Jadi untuk apa saya malu
berbicara masalah cinta?”
“Cinta,
hal paling besar di dunia, pasti lebih dari lagu-lagu konyol dan roman
Hollywood.
Kita
semua mencintai anak-anak kita, tetapi….
Apakah
kita mencintai mereka secara sempurna?”
(Ross Cambell)
Dari
pernyataan diatas saya mengerti bahwa maslahnya bukan lah kata “cinta” itu
sendiri melainkan bagaimana cara
memaknai dan mengonsep jalanya cinta tersebut. Tetapi masalahnya kata cinta itu
sudah terlanjur ngetren dikalangan masyarakat, dengan kalangan remaja sebagai
peran utamanya, jadi akan sulit jika kita berjuang untuk hubungan yang lebih
baik (adil, tanpa penindasan, tanpa kebohongan, tanpa ketimpangan dan
lain-lain) seperti apa yang dicita-citakan oleh kaum pergerakan. Bukankan kita
harus memastikan bahwa konsep cinta yang harus dimengerti adalah filsafat cinta
yang memungkinkan kita untuk memahami maknanya untuk memaknai dan menata
hubungan.
Sejak
saat itu saya berusaha mebuka-buka buku tentang filsafat cinta dan pergerakan,
dan kebanyakan tokoh pergerakan atau kaum revolusioner tidak tabu dengan kata cinta, ternyata munkin
kawan-kawan saja yang munafik dan terlalu jijik terhadap kata cinta. Bahkan Che
Guevara, seorang revolusioner Amerika Latin, juga mengutip kata cinta ketika ia
berkata “Tingkat Tertinggi dari cinta adalah Revolusi”. Saya yakin cinta yang
sejati itu tidak melemahkan, tapi menguatkan.
Kawan
kawan pasti sering dengar potongan lirik lagu “cinta ini membunuh ku” lagu
paling ngetren dari group band D’Masive. mengapa? Tampaknya agak lucu, peadaban
sekarang menjurus kepada kekurangwarasan, dipikir secara serampangan, rela mati
dan bunuh diri karena cinta, apalagi cinta yang diprovokasikan melalu sinema
elektronik (sinetron) dan Lagu-lagu cinta. “kurang iman” begitulah kata
agamawan. Tetapi analisis pisikologi akan mengatakan bahwa itu biasa terjadi.
Mengapa tidak bisa terjadi jika segala syarat-syarat materilnya disediakan oleh
peradaban.
Tidak
mungkin sesuatu terjadi jika taka ada sebab. Terkadang kita tidak menyadari mengapa
sesuatu itu terjadi, meskipun itu terjadi pada diri kita,karena kita memag
dikuasai oleh alam bawah sadar kita. Maka disinilah peran pisiko analisis yang
ditemukan Sigmund Freud membantu memahami siapa kita dan secara rasional
melihat bagaimana peradaban kita, hubungan kita dengan alam dan orang di
sekitar kita,membentuk watak dan kesadaran. Perpaduan antara unsur unsur
terdalam, ilusi, obsesi, berhadapan dengan material konkret menghasilkan
kondisi bagaimana kita hidup.
“diputus
pacar siswa SMA nekat minum racun” begitulah judul sebuah Koran nasional. Bunuh
diri karena masalah cinta cintaan? Tentu pendidikan di sekolah tidak mengajari
siswanya untuk pacaransungguh budaya pacaran masuk dan datang dari luar seiring
dengan menjamurnya media kapitalistik seperti sinetron yang menceritakan
pelajar sebagai “pejuang-pejuang cinta”, atau pelaku pacaran. Seakan akan tidak
ada kegiatan lain di sekolah selain berpacaran. Di dalamya pelajar yang
tertolak cintanya akan menjadi pasrah, cengeng, atau sebaliknya: menjadi jahat,
brutal dan licik. Sementara itu para guru (pendidik ) dilecehkan karena hanya
menjadi lakon sebagai sosok yang lucu, jahat dan dibenci oleh anak-anak
didiknya bahkan menjadi bahan tertawaan kelas.
Menurut
fromm “teori apapun tentang cinta harus mulai dengan teori manusia, eksistensi
manusia”, Teori hubungan sesama manusia haruslah dibahas melibatkan eksistensi
naluriahnya. Energi cinta itu bernama eros!
Jadi, manusia adalah mahluk erotis jika dilihat bahwa eros adalah yang
memang ada pada dirinya. Sebenarnya ada dua insting yang ada dalam diri
manusia, yaitu eros dan tanatos. Eros adalah insting (naluri) untuk menyatukan
diri, pengertian yang konkret insting eros adalah kecenderungan untuk
menyatukan diri dan melekat degan tubuh orang lain, kita bisa melihat sesuatu
yang berasal dari penyatuan akan merasa ingin selalu menyatu lagi, kesepian
saat terpisah dan selalu rindu akan kembali. contohnya seperti seorag ibu dan
anaknya, awalnya mereka bersatu selama 9 bulan dan setelah ia keluar dari rahim
dan dan hubungan badan itu dipisahkan setelah daging penghubung di potong, bayi
tetap saja mencari-cari tubuh ibunya, pertama-tama untuk menghubungkan fisiknya
dengan fisik ibunya adalah dengan cara mencari-cari puting susu ibunya dengan
menangis, dan ketika puting susu ibunya sudah di masukan kedalam mulutnya bayi
itu akan terdiam.
Eros
adalah insting positif yang mendasari pada rasa solidaritas sehingga kita
merasa sakit ketika orang terdekat kita disakiti. Namun ada satu lagi insting
manusia yaitu insting tanatos, kalau eros disebut dengan insting kehidupan yang
ini adalah insting kematian, kalau eros disebut insting menyatukan yang ini
insting memisahkan. Manifestasi sikapnya adalah kecenderungan orang untuk
menyerang secara fisik, kedua insting ini sama-sama ingin mengendalikan mahluk
hidup dan manusia. Kadang sulit membedakan keduanya, tetapi insting keduanya
akan mudah terlihat dengan waktu yang bersamaan ketika pada saat melakukan
persetubuhan, lihat dan analisislah ketika orang bersetubuh: tindakan sekan
diserang atau menyerang itu terjadi secara bergantian dan sangat cepat, dalam
persentasi penyatuan saat terjadi gesekan alat kelamin membut sulit bagi kita
untuk membedakan apakah kedua pasangan itu merasakan kesakitan atau kenikmatan,
antara mengaduh atau mendesah itu sangat sulit dibedakan konon rasa nikmatnya
berada dibatas hidup dan mati, itulah kenikmatan sejati karena berakar dari
eksistensi sejati manusia.
Berbicara
soal cinta saat ini pasti berkaitan dengan “berpacaran”, apa Pacaran itu?. Pacaran
adalah istilah bagi sepasang muda mudi yang sedang berhubungan dengan tingkat
kedekatan yang sangat dekat. Pacaran identik dengan hubungan pra nikah,
walaupun anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Banyak anggapan yang beredar di
kalangan aktifis pacaran bahwa pacar kita adalah weenang kita, milik kita. Yang
berujung pada tindakan yang semena-mena, karena barang yang dimiliki tergantung
kepada pemiliknya bagaimana menggunakanya. Ada kalanya pacaran menciptakan
suasana kondusif, tapi itu sangatlah jarang kita liat. Pacaran identik dengan
kegiatan dalam kamar (agar kondom laku), makan bareng di mal (agar budanya
membeli meluas dan budaya mencipta hilang).
Fakta
lain menyatakan bahwa pacaran dapat mempercepat jalanya menuju pernikahan,
entah itu melalui cara normal ataupun MBA (Marriage
By Accident) karena seksualitas sebagai aktifitas reproduksi menyebabkan si
cewe hamil. Jadi, “Masih Mau Pacaran..?”. maka dari itu saya mengajak kepada
para pemuda pemudi, maknai cinta dengan makna yang sebenar-benarnya. jangan
sampai karena cinta kamu menderita.