sedikit masukan bagi kalian yang ingin memulai menulis berita, ataupun yang ingin menjadi seorang jurnalis.
yang saya tulis merupakan kaidah kaidah yang sering dilupakan oleh para jurnalis, khususnya para jurnalis media online yang terkesan hanya mengejar keuntungan semata dari para visitor.
tanpa memperhatikan kaidah yang seharusnya diterapkan dalam menulis berita.
1. Teras (Lead)
Teras berita yaitu alinea pertama sebuah berita, hendaknya ringkas atau maksimal terdiri dari 35 kata.
Hindari memulai teras berita dengan unsur berita "when" (kapan) atau
"where" (di mana), kecuali keduanya merupakan unsur terpenting.
Kebanyakan teras berita dimulai dengan unsur "who" (siapa) dan "what"
(apa).
Poin ini sering kali di lupakan oleh para penulis berita dalam media online. Kita sering menemukan berita dimulai
dengan: Pada hari Senin tanggal 28 desember 2017 akan dilaksanakanya pemilihan umum di kampus UIN SMH Banten oleh KPU.
Jika merujuk pada poin 3 di atas, penulisan yang benar: KPU akan mengadakan pemilihan umum di kampus UIN SMH Banten, Senin (28/12/2017).
Jadi, awali kalimat di alinea pertama berita dengan unsur WHO.
Rumusnya: SIAPA melakukan APA, DI MANA, KAPAN, KENAPA, BAGAIMANA.
Hindari mengawali teras berita dengan “there” (ada) atau “this” (ini).
Teras berita tentang peristiwa yang akan terjadi, unsur waktu,
hari (tanggal), dan tempat biasanya ditempatkan di akhir paragraf.
Dalam teras berita tentang peristiwa yang sudah lalu, hari (tanggal)
kejadian biasanya muncul sebelum atau sesudah kata kerja (verb).
Kadang-kadang hari (tanggal) ditulis di akhir awal kalimat pertama atau
paragraf, jika teras beritanya hanya satu kalimat.
Poin di atas sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia dalam
penulisan kalimat: SPOK. Subjek, Predikat, Objek, Keterangan (Waktu
& Tempat).
Gunakan teras kutipan dan pertanyaan secara hemat (kadang-kadang saja).
Lima poin pertama di atas merupakan cara terbaik dalam membuat teras berita.
2. Isi (Body)
isi berita (detail setelah teras) dalam paragraf pendek. Maksimum 60 kata atau kurang dari 10 baris.
Paragraf yang terdiri dari satu sampai tiga kalimat lebih disukai pembaca.
Tiap paragraf hanya berisi satu ide.
Ingat, paragraf pendek mendorong pembaca untuk melanjutkan membaca.
Poin ini kian penting dalam penulisan naskah berita di media
online agar ramah mudah dipindai (scannable) dan ramah pengguna/pembaca
(user friendly).
3. Penyuntingan (Editing)
Hilangkan kata "bahwa" bila memungkinkan.
Penggunaan atau penulisan kata bahwa termasuk melanggar kaidah bahasa
jurnalistik. Kata "bahwa" (that) tidak diperlukan agar hemat kata
(ringkas).
Misalnya, Presma mengatakan bahwa PUM harus diundur. Ubah menjadi: presma mengatakan PUM harus diundur.
Untuk berita “past event” (peristiwa yang sudah terjadi), tulis
“Jumat”, BUKAN “Jumat lalu”. Untuk “future event” (peristiwa yang akan
terjadi), tulis “Jumat”, BUKAN “Jumat depan” atau “Jumat mendatang”.
Poin ini sering dilanggar wartawan. Sangat sering kita menemukan, misalnya, digelar 5 Maret lalu atau diselenggarakan 12 Maret mendatang.
Hilangkan kata-kata seperti "ketika ditanya" dan "menyimpulkan". Ini
transisi yang lemah. Langsung laporkan/tuliskan saja yang dikatakan
narasumber.
Periksa (double-check) ejaan nama. Jangan salah menulis nama!
Periksa angka.
Pastikan kata "hanya" ditempatkan dengan benar dalam sebuah kalimat. Penulisan kata "hanya" bisa mengubah makna kalimat.
Satu kata dalam berita bisa mengubah makna sekaligus melangar kode etik jurnalistik poin "tidak mencampurkan opini dan fakta". Kata "hanya" termasuk opini.
saran : Tulis. Tulis ulang. Revisi. Tulisa ulang. Revisi. Edit. Revisi.
Edit. Edit. Jangan langsung publikasi atau kirim ke editor setelah
selesai menulis berita. Versi pertama naskah berita TIDAK cukup langsung
naik cetak (publikasi).
Ada ungkapan: tidak ada tulisan hebat, hanya penulisan ulang yang hebat (there is no great writing, only great rewriting).
Baca naskah berita dengan keras untuk “menangkap” konstruksi kalimat yang tidak logis.
4. Grammar
kata ganti “mereka” untuk merujuk pada sebuah tim atau grup.
Pastikan kata kerja atau frasa lainnya "paralel" atau sama dalam struktur ketika muncul dalam cerita atau daftar.
Contoh: Dia suka berkebun, memancing, dan berburu. Api menewaskan
sedikitnya 12 orang, melukai 60 lainnya, dan memaksa puluhan warga
melompat dari jendela.
Gunakan kata ganti orang ketiga (ia, dia, mereka). Sangat langka
menggunakan kata ganti orang pertama (saya, Anda). Jangan pula menulis
kata “beliau”, tulis “ia”.
Kata “beliau” biasanya hanya digunakan untik kata ganti para nabi, khususnya Nabi Muhammad Saw .
Gunakan “kata berpasangan” dengan baik: “baik… maupun…”, “jika…. maka…”.
Contoh: “Baik pihak perusahaan maupun karyawan datang” (sebaiknya
sih, lebih hemat begini: “Pihak perusahaan dan karyawan datang”.
Gunakan kalimat aktif, bukan kalimat pasif. “Pemerintah menaikkan
harga BBM”, bukan “Harga BBM dinaikkan pemerintah”. “Majelis Taklim
mengadakan pengajian”, bukan “Pengajian diadakan Majelis Taklim”.
5. Tanda Baca
Gunakan koma setelah “menurut…”. Misalnya, “Menurutnya, korupsi terjadi karena keserakahan”.
Tidak ada koma di antara waktu, tanggal, dan tempat. Kecelakaan itu terjadi pukul 04:32 WIB Senin (21/6) di Tel Aviv.
Bila ragu-ragu tentang penggunaan koma, tinggalkan saja!
6. Kutipan dan Atribusi
Kutipan berfungsi sebagai penguat, penegas, atau fakta. Dalam berita radio dikenal dengan istilah soundbait. Di berita televisi disebut clip.
Gunakan atribusi hanya sekali per paragraf.
Atribusi diperlukan dalam berita opini –keterangan pemerintah,
pendapat ahli, atau ucapan narasumber. Atribusi juga diperlukan dalam
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
"Kata" adalah kata terbaik untuk atribusi. Kata lain dapat
digunakan, tetapi harus secara akurat, mewakili bagaimana sesuatu
dikatakan.
“Partai korup harus dihukum,” kata pengamat politik. “Tapi apakah rakyat suka menghukum?” imbuhnya.
Di akhir kutipan langsung, kata-kata yang biasa digunakan a.l.
katanya, ucapnya, ujarnya, tandasnya, tambahnya, imbuhnya, pungkasnya.
7. Struktur Kalimat
Hindari menggunakan kata yang sama dua kali dalam kalimat.
Jumlah optimum kata yang digunakan dalam sebuah kalimat adalah 14
sampai 16 kata. Rata-rata pembaca tidak bisa memahami kalimat dengan
lebih dari 40 kata.
Ubah satu kalimat panjang menjadi dua atau tiga kalimat yang lebih pendek. Prinsipnya, lebih baik banyak kalimat tapi pendek-pendek daripada satu kalimat panjang.
Jika kalimat panjang harus digunakan, tempatkan kalimat pendek sebelum dan sesudahnya.
memulai atau mengakhiri kalimat dengan kata "namun". Kata
“namun” ditempatkan “dalam” sebuah kalimat –karena ia “kata sambung”.
8. Ejaan
Gunakan "Periksa Ejaan" ("Spell Check") di komputer.
Periksa ejaan yang benar di Kamus Bahasa.
9. Kosakata
Gunakan kata-kata sederhana --umum dan mudah dipahami. Jangan pernah memaksa pembaca buka kamus
.
Hindari jargon atau istilah teknis (ilmiah) kecuali 95 persen atau
lebih pembaca akan memahaminya. Jika jargon teknis digunakan dan tidak
akan dipahami oleh mayoritas pembaca, pastikan jelaskan setiap istilah
yang digunakan.
Jangan pernah katakan "kemarin" atau "besok" tanpa disertai tanggal
agar tidak membingungkan pembaca, kecuali untuk berita radio dan
televisi.
Kadang-kadang informasi tidak dapat diverifikasi. Jika ada keraguan
tentang nama seseorang, tulis "polisi mengidentifikasi orang itu sebagai
John Smith" atau “dia menyebutkan namanya John Smith".
Lain-Lain
Jika ragu-ragu, tinggalkan (When in doubt, leave it out). Informasi yang meragukan, apalagi tidak dapat dikonfirmasi, tinggalkan --jangan diberitakan.
Hindari kata-kata vulgar, cabul, kasar, berbau SARA (menyinggung suku, agama, ras, antargolongan), dan stereotip.
Hindari identifikasi ras, kecuali bila penting untuk komunikasi.
Kebanyakan kata keterangan (adverb) tidak diperlukan.
Kebanyakan kata sifat (adjectives) tidak diperlukan
Demikian hal yang perlu kita ketahui sebagai seorang jurnalis, agar setiap tulisan yang kita buat tetap sejalan dengan semua kaidah yang ada.
karna karya yang indah merupakan karya yang tidak merusak.